RSS

REVIEW FILM THE FORGOTTEN COAST

Review film The Forgotten Coast, tayang 5 Juni 2011 di Global TV.
Film ini menceritakan sekelompok peselancar dari Amerika yang berkeliling di Indonesia untuk mencari ombak yang mereka inginkan. Selama perjalanan, disebuah desa kecil, mereka menemukan adanya perdagangan telur kura-kura ilegal. Disana ditunjukkan adanya sekardus besar berisi telur kura-kura berwarna putih. Para peselancar Amerika ini tahu bahwa perdagangan telur kura-kura tidak diizinkan oleh pemerintah.
“Berapa harganya?” tanya seorang peselancar pada si Bapak yang mengepak telur kura-kura (dlm bahasa inggris).
“Saratus.” jawab si Bapak dengan wajah bingung karena tidak terlalu paham apa yang dikatakan si peselancar. Karena kesalahpahaman inilah, peselancar itu mengira bahwa si Bapak meminta bayaran.
“Dia minta bayaran.” Kata si pelancar tadi pada temannya.
“Kau tahu alasannya.” Jawab salah seorang temannya.
Hal ini menunjukkan, seringnya para wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dimintai bayaran yang berlebihan karena mereka dianggap orang-orang “berduit”. Di suatu waktu, para peselancar ini menanyakan kepada seorang pribumi tentang dimana mereka bisa menemukan mobil untuk melanjutkan perjalanan. Bapak pribumi ini justru mengajak si peselancar asing ke sebuah jalanan yang berlumpur dan gersang. Awalnya si peselancar bingung kenapa jalanan di desa seperti ini bisa separah itu. Namun, ia bisa menemukan jawabannya sendiri ketika ia melihat sebuah mobil besar yang mengeruk tanah di atas bukit.
“Dulu di sini banyak gajah yang mampir. Tapi tidak lagi setelah tahun 1990-an.” Ujar si bapak pribumi.
Entah sekian ratus hektar tanah gundul akibat penebangan ilegal, dan hal ini sangat merugikan Indonesia.
Peselancar ini pun memiliki pendapat yang sama.
“Desanya terlihat menyedihkan, sama seperti desa-desa lain di Indonesia.”
Meski begitu, para wisatawan ini pada dasarnya menyukai Indonesia karena keramah-tamahan masyarakatnya.
“Kemana pun kau pergi, kau akan selalu melihat senyuman. Anak-anak akan mengikutimu dengan senyuman tetap menghiasi wajah mereka.”
“Aku menyukai negara ini dan akan kulakukan hal apapun yang bisa kubantu.”
Selama berada di desa itu, segala macam hal telah dihadapi. Seperti : malaria, luka infeksi, patah tulang, bahkan kehabisan makanan (mereka terpaksa makan Indomie tanpa dimasak). Lucunya, saat mereka minta daging ayam kepada masyarakat sekitar, mereka malah diberi dua ekor ayam yang masih hidup. Inilah hari terakhir mereka di sebuah desa nelayan kecil. Mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan truk pick up.
“Perjalanan ini mekanjubkan, dengan lumpur dan suara mesin mobil.”
Setelah 14 jam perjalanan, mereka sampai di sebuah Pulau kecil. Akhirnya, mereka menemukan ombak yang mereka cari di sana.
“Akhirnya kami menemukan kesempurnaan (ombak) yang kami cari. Kami berkeliling dunia mencari ombak yang sempurna, dan tidak pernah kami temukan yang terbaik seperti ini.”
Dan di desa itulah perjalanan mereka berakhir.

0 komentar:

Posting Komentar

ndra shinoda